Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Jeda

                                                                                                                                                      10.00 kembali meratapi ruang kosong menggelinding.. yang kian hari kian dijamah abu.. semua tertata dengan tidak rapi.. semua berantakan... 12.00 masih tak tampak sosok yang ditunggu masih belum jelas waktu ini dihabiskan untuk apa masih beribu kecewa tergurat sempurna dalam ratapan semangat yang semakin menggelora 13.00 semua selesai juga di detik-detik mentari yang kian mundur dari peraduan mungkin ia berkata, jangan pernah lelah mungkin ia berkata tetaplah menggelora mungkin ia berkata tetaplah bekerja mungkin ia berkata, jangan pernah menyerah... 15.00 kembali ku tapaki jalan kosong yang sepi penghuni di antara ramai yang ku tak peduli namun disini, kembali ketemui malu malu pada usia yang lebih tua tapi semangat tetap 45 malu pada kinerja yang belum ada apanya malu pada diri yang smakin banyak khilafnya mungkin, inilah hikmah mungkin

Poem #2

  S ajak 26 Kau berada di antara huruf-huruf Menari-nari dalam fonem yang kususun Merangkai sajak dalam riak kata Meski puzzle belum tersusun sempurna Kau bagai timbunan alofon yang tak tertebak Bolehkah kita bermain kata-kata? Hingga 26 menjadi sajak 1,1                                                                                                                        Bukittinggi, Oktober 2016

Poem #1

  Sepenggal cerita pagi berbungkus dingin Tak terlelap kau lewat denting 00.00 Dingin merayap menembus jendela berpapan tipis Meraung dan menembus kulit menyentuh tulang yang tipis, bahkan hampir tak berdaging Kukatakan padanya jangan menyerah pada merah yang menyala Sedikit lagi kau hampir sampai Tinggalkan ujung bukit pendakian yang menanjak itu Bunuh saja rindu dipersimpangan Tak ada yang mengkhawatirkanmu, selain emosi yang bergejolak yang harus kau redam Bom waktu akan melenyapkan Kau harus berdiri, merangkak, meraih, menyusun kepingan   Kebisingan pagi menyelesaikan Aku terduduk dan memandang Mungkinkah ini mimpi dan inikah jawaban? Aku harus bagaimana? Bukittinggi, 17/10-2016  

Cahaya Untuk Negeriku

  Droen menginspirasi, droen sabe dalam hate Oleh: Ifmellia, S.Pd Aku bukan penyuka anak-anak kala itu, aku seorang wanita yang bisa dikatakan tidak tertarik dengan dunia anak-anak. Mungkin saja faktor lingkungan sekitar rumahku yang jarang ramai akan makhluk kecil yang menggemaskan itu. Bisa dikatakan, aku yang paling sering membuat anak orang menangis jika dekat denganku. TIDAK SUKA, BUKAN berarti aku BENCI. Tapi di moment 1 tahun ini belajar mencintai dunia mereka dan hal-hal yang belum pernah dan sudah pernah kualami. Ibarat dejavu di masa kini, bagai fatamorgana di masa depan. 18 Agustus 2015, hari dimana air mata ini tumpah tanpa ada ia yang memelukku di moment itu. Seorang wanita yang kuat yang hebat yang luar biasa, malaikat tanpa sayapku yang di mataku sangat luar biasa hebat, dia adalah ibuku. Penguat dalam doa, pereda dalam gelisah, penyejuk dalam segala hal dan pemberi cinta terbesar dan luar biasa dalam hidupku. Air mataku tumpah, disaat teman-teman yang lain berp

Kopi

  Hitam, bukan hitam..  dan penuh bulir-bulir halus... kopi akan terasa pahit jika tak kau tambah dg penikmat rasa yg lain... Ia mesti punya kawan... Se sendok gula menjadi penyatu dalam rasa... Ia akan terlihat nikmat dan gurih... Cobalah kau seduh sesekali sambil menikmati senja di bibir pantai kala sore... Ia akan mencipta setetes candu dalam sebagian kecil memori singkatmu tentang kenangan jingga... . . Nb : sedang candu dengan kata "kopi"