Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi

 Resume 17

Belajar menulis bersama Bu Jamila Cantik


 

Menulis adalah bahasa yang kau tuangkan dalam sebuah karya baik itu tentang realita pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. Seperti malam itu, saya mencoba merangkai setiap bait hasil resume ini agar menjadi tatanan kalimat yang bisa dibaca. Paragraph yang tersusun rapi dan tulisan yang memberi manfaat untuk pembaca jika ada singgah.

Menggali semangat tidaklah semudah yang dibayangkan. Memulai sangatlah susah, namun jika sudah mulai, amatlah susah untuk berhenti, bahkan sering terhenti karena ide yang sangat kurang dari saya pribadi.

Belajar menulis malam ini mengajarkan banyak hal dan sangat membantu dalam melatih diri untuk menumbuhkan minat dan kemauan diri untuk menulis. Narasumber hebat malam ini bernama Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. Salah satu guru cantik dari SDN No. 30 Kota Gorontalo, Prov. Gorontalo. Lahir di Sidodadi, 14 Juni 1978. Beliau sudah menerbitkan 2 buku solo dan 1 buku karya bersama. Sangat luar biasa.

Bu Jamila membagi materi malam itu dengan tema “Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi”. Hal tersebut terkait dengan pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi. Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang diinginkan dalam hidupnya. Sebagai contoh, ekspektasi kita ketika bergabung dalam grup belajar menulis adalah ingin menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita.

Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain, muncullah masalah besar. Diantaranya :

  1.   Bagaimana memulai sebuah tulisan?
  2.  Apa ide/topik yang harus kita tulis?
  3.  Apakah tulisan saya menarik? Dan lain sebagainya

Mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.

Bu Jamila juga memaparkan bahwa tantangan terbesar dalam menulis itu ada pada diri kita sendiri, yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion.

Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan. Kedua hal ini di bahas secara detail dalam buku Bu Jamila yang ketiga hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit.

Buku kolaborasi Bu Jamila dengan Prof. Eko Indrajit

 

Bu Jamila berbagi pengalaman dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah dengan berjuang membangun tekad  dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang kita bangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah.

Dari pengalaman Bu Jamila,  ada beberapa hal yang harus dipelajari dalam menulis:

  1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.
  2.  Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
  3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan 
  4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
  5.  Menulis jangan terlalu lama.
  6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca 

Menurut penuturan Bu Jamila, ide merupakan salah satu kendala dalama menulis. Untuk mengatasinya, beliau memberi tips dengan mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misalkan tentang hobi memasak, dan kegiatan sehari-hari. Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. Tulis apa saja, bisa menulis melalui hp, buku, atau benda-benda yang bisa kita mengingat apa yang kita tulis.

Hal yang menjadi fokus dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Terus tulis apa yang ada difikirkan kita sampai selesai, diakhir baru kita melakukan pengeditan.  Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita.

Konsisten dalam melakukan sesuatu sangatlah tidak mudah. Butuh perjuangan dan inspirasi dalam mewujudkannya, terutama dalam menulis. Sangat dibutuhkan konsisten dalam mewujudkannya. Konsisten menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketetapan dan kemantapan dalam bertindak. Maksudnya, ketika seseorang konsisten, berarti dia mantap dalam melakukan suatu hal secara terus menerus. Demikian halnya dengan menulis, sangat perlu kekonsistenan dalam merubah dan menggerakkan hati untuk mau dan  memaksa agar menulis.

Kata yang menjadi menarik perhatian dalam belajar menulis malam itu adalah TUNTAS. Ketika mulai konsisten dengan apa yang akan menjadi tujuan kita yaitu menulis dan ingin menghasilkan karya, maka tuntaskan sampai selesai. Cari referensi-referensi yang menunjang tulisan tersebut sehingga menjadi bab-bab manis dalam paragraph yang akan kita bukukan sehingga menarik hati pembaca. Bukan berarti harus kata-kata berat, namun kata-kata yang disesuaikan dengan kemampuan kita. Kemudian tuntaskan semuanya dengan tidak memberi ruang malas dalam rongga aksara yang kita bentuk menjadi sebuah karya.

Kalimat bahagia dari resume ini, saya kutip dari kata-kata Bu Jamila. “Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita memiliki potensi, dan potensi kita perlu di asah agar menjadi kompetensi.”

 Sahabat bloger, semoga resume ini bermanfaat. Salam literasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reward untuk mencintai dunia menulis

Semakin dibagi semakin tak terbatas

Kisah Perjalanan yang Berkah